KARANGANYAR - Gelaran Soloraya Great Sale (SGS) 2025 mencatat sejarah baru. Bukan hanya menjadi ajang promosi dagang dan pesta diskon tahunan, tahun ini SGS menjadi panggung strategis bagi pertemuan tokoh-tokoh ekonomi nasional dengan pemangku kepentingan daerah.
Tujuannya jelas: membuka jalan selebar-lebarnya bagi arus masuk investasi ke kawasan Soloraya.
Ketua Bidang Investasi SGS Karanganyar, Aan Shopanudin, mengungkapkan bahwa pada malam sebelumnya, telah berlangsung pertemuan penting di Hotel Alila Solo. Sejumlah tokoh nasional hadir, di antaranya Erick Thohir (Menteri BUMN), Anindya Bakrie (Ketua Umum Kadin Indonesia), Zulkifli Hasan (Menteri Perdagangan), dan Bahlil Lahadalia (Menteri Investasi/Kepala BKPM).
“Pertemuan itu jadi momen strategis. Kami mendiskusikan potensi besar yang dimiliki kawasan Soloraya, khususnya bagaimana SGS bisa jadi pintu masuk investasi baru. Bahkan beberapa investor asing seperti dari Korea Selatan ikut memantau langsung presentasi ekonomi daerah,” ujar Aan saat ditemui di sela-sela acara SGS, Selasa (22/7/2025).
Dalam forum tersebut, tiap kabupaten di Soloraya diberi kesempatan untuk mempresentasikan potensi ekonomi daerahnya, termasuk sektor unggulan, infrastruktur penunjang, dan kesiapan SDM. Salah satu yang mencuri perhatian adalah Kabupaten Sragen, yang dinilai memiliki pemaparan dan perencanaan yang sangat solid.
“Pak Anindya Bakrie secara khusus mengapresiasi presentasi Sragen. Beliau menyebutnya sebagai role model. Kami diminta untuk menyempurnakan proposal daerah lainnya dengan format dan standar yang serupa,” kata Aan.
Menurutnya, dalam pertemuan tersebut juga dibahas pentingnya dukungan konkret dari pemerintah pusat untuk mempercepat realisasi investasi, termasuk dalam hal regulasi, fasilitas, dan koordinasi lintas sektor.
SGS selama ini dikenal sebagai event belanja akbar yang melibatkan ratusan pelaku UMKM, ritel, dan tenant besar di seluruh wilayah Soloraya. Namun tahun ini, penyelenggara menaikkan kelas acara dengan menyelipkan agenda-agenda ekonomi tingkat tinggi.
“Ada pergeseran pendekatan. Kami ingin SGS tak hanya dirasakan konsumen sebagai ajang diskon, tapi juga dinikmati pelaku usaha sebagai sarana tumbuh dan naik level. Maka, kami kolaborasikan antara promosi dagang, business matching, hingga forum investasi,” jelas Aan.
Tak hanya pengusaha nasional, sejumlah grup usaha dari luar negeri juga disebut telah menunjukkan ketertarikan, khususnya investor dari Korea Selatan, Singapura, dan Tiongkok yang fokus pada sektor manufaktur, teknologi, dan energi terbarukan.
Langkah SGS ini tak lepas dari dukungan sejumlah tokoh kunci yang memang dikenal sebagai jembatan antara pelaku usaha dan pemerintah pusat.
Kehadiran para menteri dan pimpinan Kadin menjadi sinyal bahwa pemerintah mendukung penuh transformasi ekonomi berbasis daerah.
“Ini sinyal positif. Pemerintah pusat tak hanya mendorong Jakarta sebagai pusat ekonomi, tapi mulai mendorong daerah seperti Soloraya untuk naik kelas dan membuka peluang kerja dan usaha lebih luas,” ucap Aan.
Dirinya optimistis, setelah forum ini, akan terjadi kelanjutan komunikasi antara pemda dan investor secara lebih konkret.
Bahkan, beberapa tim teknis investasi dikabarkan mulai menjadwalkan kunjungan lapangan ke beberapa titik kawasan industri dan lahan potensial di Karanganyar, Sragen, Sukoharjo, hingga Boyolali.
Dengan komposisi potensi yang dimiliki Soloraya — mulai dari tenaga kerja produktif, kedekatan dengan pusat logistik (Bandara Adi Soemarmo, Pelabuhan Tanjung Emas), serta tumbuhnya UMKM dan sektor digital — wilayah ini dinilai layak menjadi kawasan ekonomi baru di Jawa Tengah.
“Kalau semua pemangku kepentingan satu frekuensi dan satu arah, saya yakin Soloraya bisa jadi kekuatan ekonomi baru yang tak kalah dari kawasan industri lain seperti Cikarang atau Batang,” tutup Aan.