Ratusan Warga Tumplek Blek Berebut Gunungan Ritual Pulung Langse

Sukoharjo, Jawa Tengah - Ratusan warga Desa Mertan, Kecamatan Bendosari, Sukoharjo, tumplek blek dalam upacara pergantian slambu yang dikenal dengan tradisi Pulung Langse di makam Ki Ageng Balak, Minggu (20/7/2025) pagi. Kegiatan ini merupakan rangkaian dalam agenda Solo Raya Great Sale (SRGS) 2025.

Tradisi yang berlangsung meriah ini adalah sebuah acara sakral yang diadakan secara rutin setiap tahun di minggu terakhir bulan Suro atau bulan muharam. Upacara Ritual Pulung Langse merupakan warisan budaya adat yang turun temurun dari generasi ke generasi. 

Kegiatan ini merupakan penggantian langse, yakni kelambu warna merah dan putih yang digunakan sebagai penutup makam Ki Ageng Balak. 

Sebelum langse baru dipasang, kain langse lama yang sebelumnya menutup makam Ki Ageng Balak diarak keliling desa dalam rangkaian kirab.

Arak-arakan langse ini juga dimeriahkan dengan adanya gunungan berisi sayur-sayuran, untuk direbut oleh ratusan warga yang hadir. Tak sedikit warga yang berebut tersebut mempercayai sayur tersebut membawa berkah bagi mereka.

Selepas gunungan, tarian Gambyong tampil memperindah suasana, menandai dimulainya prosesi utama pelepasan kelambu makam oleh para sesepuh desa.

Kain langse lama kemudian dicuci secara bersama-sama di sungai Ranjing. Setelah kering, kain tersebut dipotong menjadi kecil-kecil dan dibagikan kepada masyarakat.

Selembar kain itu bukan sekadar simbol, ia dipercaya membawa keberkahan bagi siapa pun yang menerimanya dengan niat baik.

Upacara Ritual Pulung Langse di Makam Ki Ageng Balak merupakan sebuah peristiwa budaya yang memperkuat kearifan lokal dan kebersamaan masyarakat Sukoharjo. 

Kegiatan ini menjadi bukti bahwa tradisi dan nilai-nilai adat masih dijaga dan dilestarikan di Kabupaten Sukoharjo. Tak heran, acara Pulung Langse ini dihadiri oleh masyarakat di luar Sukoharjo, seperti warga Kota Semarang, Magelang, Solo dan daerah lainnya. 

Warga Desa Mertan dari berbagai kalangan turut serta dalam prosesi ini untuk mengganti kain (slambu) di makam Ki Ageng Balak.

"Ini acara yang kami tunggu-tunggu tiap tahun. Kami percaya, selain nilai spiritual, ikut Pulung Langse membawa berkah dan ketenangan batin," ujar Slamet (60) peziarah asal Kota Semarang.

Dalam sambutannya, Bupati Sukoharjo Etik Suryani menyampaikan rasa bangga dan apresiasi yang mendalam kepada masyarakat Desa Mertan, Kecamatan Bendosari dan Kenokorejo, Kecamatan Polokarto juga kepada Dinas Kepemudaan, Olahraga, dan Pariwisata Kabupaten Sukoharjo.

"Merupakan suatu kebahagiaan tersendiri bagi masyarakat Mertan dan Kenokorejo bisa menyelenggarakan upacara ini setiap tahun sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa," ucap Etik.

Menurut Bupati Etik, Makam Ki Ageng Balak telah menjadi daya tarik spiritual dan budaya yang penting di Sukoharjo. Tradisi Pulung Langse bukan sekadar pelestarian adat, tapi juga momentum strategis untuk mengangkat potensi wisata ziarah.

"Ritual ini telah menjadi event budaya yang menarik wisatawan setiap tahunnya. Maka penting bagi kita menjadikannya bagian dari industri pariwisata lokal," katanya.

Dengan mengacu pada UU No. 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan serta UU Otonomi Daerah, Bupati Etik menegaskan bahwa pengembangan wisata religi di Sukoharjo adalah kewenangan sekaligus tanggung jawab kabupaten.

"Kepariwisataan memberi multiplier effect yang besar, mulai dari jasa akomodasi, transportasi, cinderamata, hingga hiburan. Itu semua bisa menggerakkan ekonomi masyarakat," imbuhnya. 

Dalam kesempatan itu, ia juga mengajak masyarakat untuk berpartisipasi aktif menjaga dan mengembangkan kompleks makam Ki Ageng Balak, karena pelestarian tidak mungkin berjalan tanpa rasa memiliki. Pulung Langse tak hanya menjadi ritual tahunan, tapi juga perayaan identitas dan solidaritas masyarakat Sukoharjo. (mediacentersgs)
WhatsApp Icon Shopping Icon