KARANGANYAR - Pemerintah Kabupaten Karanganyar kembali menegaskan komitmennya dalam pelestarian budaya lokal. Dalam gelaran Soloraya Great Sale 2025, Bupati Karanganyar, Rober Christanto, memperkenalkan program pelestarian budaya berbasis kearifan lokal dengan menjadikan keris — khususnya Keris Jaran Bigar — sebagai simbol budaya sekaligus sarana edukasi nilai-nilai leluhur kepada masyarakat.
Bupati Rober menyampaikan bahwa keris bukan sekadar benda pusaka, melainkan simbol peradaban dan identitas masyarakat Jawa. Dalam kesempatan tersebut, ia juga meluruskan pandangan yang selama ini mengaitkan keris dengan hal-hal mistis atau takhayul.
"Keris itu bukan sesuatu yang bersifat sirik atau klenik. Keris adalah bagian dari sejarah, warisan budaya, dan seni. Kita harus melihatnya sebagai manifestasi nilai luhur dan filosofi yang diwariskan oleh para leluhur,” tegas Bupati Rober dalam sambutannya di hadapan pengunjung dan pegiat budaya, Rabu (24/7/2025).
Dalam rangka memasyarakatkan budaya keris, Pemkab Karanganyar menggagas gerakan “Satu Keris Satu Rumah”. Program ini mendorong setiap rumah tangga untuk memiliki dan merawat satu keris sebagai bentuk penghargaan terhadap warisan leluhur. Lebih dari sekadar benda, keris diharapkan menjadi media edukasi nilai-nilai etika, disiplin, dan spiritualitas dalam keluarga.
Simbol utama dari program ini adalah keris Jaran Bigar, sebuah keris yang tidak hanya memiliki bentuk unik, tetapi juga memuat filosofi mendalam yang diambil dari kesenian tradisional Karanganyar bernama Jaran Bigar.
“Pertunjukan Jaran Bigar mencerminkan bagaimana orang tua membimbing dan mendidik anak-anak agar berjalan di jalan yang lurus. Nilai ini kami angkat dalam bentuk keris, agar bisa dikenang dan diwariskan dari generasi ke generasi,” ujar Rober.
Tak hanya berhenti di keris, Pemkab Karanganyar juga mulai menjalin kolaborasi budaya lintas daerah. Dalam waktu dekat, pertunjukan Reyog Ponorogo akan dihadirkan dalam rangkaian Hari Jadi Kabupaten Karanganyar. Menurut Rober, Reyog dan Jaran Bigar adalah simbol persaudaraan budaya yang kuat antara Karanganyar dan Ponorogo.
“Kami sudah berkomunikasi dengan Bupati Ponorogo. Nanti Reyog terbaik akan kami hadirkan di Karanganyar. Ini bentuk nyata bahwa budaya bisa mempererat hubungan antardaerah,” katanya.
Pemkab Karanganyar bahkan berencana mengukuhkan hubungan budaya ini dalam bentuk deklarasi "saudara sekandung budaya", sebagai upaya strategis memperkuat jaringan pelestarian budaya antar wilayah.
Bupati Rober juga menyampaikan bahwa keris Jaran Bigar tengah disiapkan untuk didaftarkan sebagai Warisan Budaya Takbenda (WBTb) Indonesia. Proses administratif dan kurasi sejarah sedang dilakukan oleh tim dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Karanganyar.
Langkah ini bertujuan untuk memastikan bahwa warisan budaya lokal Karanganyar mendapat pengakuan resmi dari negara, sekaligus mendorong generasi muda untuk semakin peduli terhadap identitas budaya mereka sendiri.
Dengan berbagai program tersebut, Karanganyar menunjukkan bahwa pelestarian budaya bukan hanya sebatas perayaan atau seremoni tahunan. Budaya harus hidup dalam keseharian masyarakat, dikenali, dijaga, dan diwariskan secara aktif.
Kegiatan di Soloraya Great Sale ini menjadi momentum penting untuk menyatukan pelaku budaya, pemerintah, dan masyarakat umum dalam satu semangat: nyawiji nguri-uri kabudayan Jawa.
Karanganyar Semarak, 230 Penjor Hiasi Kota, Dongkrak Ekonomi Lewat SGS 2026
Jun 30, 2025Hasan Cake and Bakery Wonogiri Obral Diskon 20 % Selama SGS, Ada Kue Tart & Ayam Kampung Panggang, Buruan Serbu Sebelum Kehabisan
Jul 17, 2025Soloraya Great Sale Gandeng UMKM Ngringo Expo 3, Hadirkan 100 Stan dan Ragam Acara Seru
Jul 03, 2025